PASANGKAYU, iNewsMamuju.id -- Produksi sarang burung walet di Kabupaten Pasangkayu sangat berpotensi untuk di ekspor, sehingga sangat penting dilakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) agar memenuhi standar ekspor.
Hal itu disampaikan Dr. H. Suhardi Duka, MM anggota komisi IV DPR RI, saat membuka acara Bimtek akselerasi ekspor sarang burung walet di Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulbar akhir pekan kemarin.
Menurut Suhardi Duka, jika ekspor tinggi maka tinggi juga pendapatan daerah, dan berefek pada kesejahteraan masyarakat.
Anggota dewan Dapil Sulbar ini mengtakan, negara itu maju jika mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Oleh karena itu, kami di Komisi IV diberi tugas oleh negara untuk memaksimalkan dan berkolaborasi dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
“Setiap daerah tidak mampu memenuhi seluruh pangan yang ada, setiap daerah beda-beda ketersediaan pangannya. Pasangkayu ini menjadi pemasok minyak goreng di Indonesia, kalau Mamuju ada beras dan jagung, Majene ikan dan peternakan, Polman beras jagung dan lainnya, sehingga harus di maksimalkan potensi yang,” kata SDK, Senin (9/10/2023).
Dengan adanya Bimtek ini kita berharap sarang burung walet bisa dimaksimalkan sehingga nilai jualnya tinggi dan berefek pada perkembangan kesejahteraan masyarakat, imbuh SDK.
Sambutannya, Kepala Balai Karantina Mamuju, Agus Karyono mengatakan, Bimtek bagi petani sarang burung walet ini terlaksana atas bimbingan, kerjasama, dan dukungan Suhardi Duka di DPR RI.
Kata Agus, capaian ekspor kita (Sulbar) pertanian masih di dominasi sektor perkebunan senilai 2,9 triliun di periode Januari – Oktober 2023. Dan itu di masih dominasi produk sawit dan turunannya, serta sedikit kopi.
“Tentunya Sulbar ini peluang masih banyak potensinya, seperti ada Kakao, dan turunan kelapa. Ini akan terus kami dorong dengan dukungan dari bapak (Suhardi Duka),” kata Agus.
Sedangkan untuk ekspor sarang burung walet terus kita dorong, dan kabupaten Pasangkayu satu-satunya yang akan memiliki pencucian sarang burung walet.
Dia berharap dengan adanya pencucian harganya lebih tinggi, bisa di ekspor langsung ke Cina dan negara selain Cina.
“Menurut data kami, saat ini harga rata-rata sarang burung walet di petani hanya 11 juta, kalau dapat di ekspor keluar negeri itu bisa 30 juta, ini ada selisih sangat besar,” ungkapnya.
Bagaimana sarang burung walet ini bisa dikirim langsung, tentunya dicuci dulu, dibersihkan, di cek di laboratorium dan memang harus ada usaha. Jika selama ini hanya 11 juta bisa jalan, ternyata bisa lebih, dan ini menjadi tugas kami, pungkas Agus.
Editor : A. Rudi Fathir
Artikel Terkait