MATENG, iNewsMamuju.id - Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), menemukan puluhan kasus HIV AIDS. Dari temuan Dinas Kesehatan Mateng sebanyak 22 kasus HIV AIDS, 20 persen diantaranya berkahir dengan kematian.
Jumlah tersebut disampaikan bagian Fungsional Dinkes Mateng, Nuryadin, beberapa waktu lalu. Jumlah tersebut terhitung sejak awal berdirinya kabupaten berjuluk Bumi Lalla Tassisara itu tahun 2013 silam hingga akhir 2022 ini.
"Sejak awal berdirinya Mateng menjadi DOB sebanyak 22 kasus yang berhasil ditemukan," ungkap Nuryadin, Kamis (8/12/2022).
Dari 22 kasus tersebut sebanyak 20 persen berujung pada kematian atau sekira 4 penderita yang meninggal dunia. Hal itu terjadi sebab faktor lambatnya terdeteksi oleh pihak terkait.
"Mereka memeriksakan kondisi kesehatan saat mereka sudah drop, dan itulah menjadi salah satu masalah terbesar diprogram pencegahan dan pengendalian HIV ini," tuturnya.
Nuryadin menjelaskan tingkat pemahaman dan pengetahuan serta adanya stigma negatif dan diskriminasi dilingkungan masyarakat sehingga penderita enggan memeriksakan diri. Sementara kata Nuryadin, untuk tahun 2022 ini hanya ada satu kasus ditemukan. Ia pun menegaskan, bahwa obat HIV tersebut hanya mempertahankan kehidupan, bukan menyembuhkan.
"Untuk tahun 2022 ini, kami temukan ada satu kasus dan saat ini sedang menjalani pengobatan dan ini sifatnya hanya mengontrol, menetralkan serta mencegah perkemang biakan virus di dalam tubuh bukan mengobati," urainya.
Ia mengemukakan, HIV tidak menimbulkan gejala khas sehingga inilah yang membuat penderita tidak menyadari. Terutama fase jendela, dimana fase ini memakan waktu kurang lebih 5 hingga 10 tahun sejak terinfeksi baru menimbulkan gejala.
"Penyakit HIV ini menular tapi tidak dengan mudah," bebernya.
HIV diketahui hanya bisa hidup di cairan tertentu pada manusia diantaranya darah, cairan kelamin dan ASI, diluar itu tidak ada penularan. Sementara untuk pencegahan penularan HIV ini Dinkes dan Puskesmas hingga ke tingkat Pustu setiap bulan rutin dilakukan penapisan atau screening.
Nuryadin berharap pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS ini bukan hanya tanggungjawab Dinas Kesehatan melainkan tanggungjawab bersama.
"Screening ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang dianggap beresiko, seperti penderita TBC, ibu hamil serta penderita infeksi menular seksual maupun pada kelompok yang memiliki penyimpangan seksual," tandasnya.
Editor : Adriansyah