MAMUJU, iNewsMamuju.id -- Tak seperti bagian bumi lainnya, penduduk kota kecil Viganella di Italia menjalani kehidupan sehari-hari selama 83 hari tanpa sinar matahari. Namun, keadaan tersebut berubah pada tahun 2006, saat dimana Wali Kota Desa Alpine menciptakan Matahari buatan’ berupa cermin untuk memantulkan sinar.
Terletak di pegunungan Alpen, wilayah Piemonte, pada 2010 Viganella tercatat hanya berpopulasi 204 orang penduduk.
Dikutip dari History of Yesterday, ratusan tahun, kota kecil itu tanpa cahaya karena tertutup gunung hingga tahun 2006.
Terhitung 83 hari dalam setiap tahunnya
mereka tidak bisa menikmati sinar matahari, pada periode 11 November hingga 2 Februari. Hal tersebut disebabkan karena posisinya berada di dasar lembah curam, Viganella tak terpapar sinar matahari yang menghilang bersembunyi di balik gunung.
Memikirkan hal itu, Franco Midali selaku walikota menggaet arsitek bernama Giacomo Bonzani. Keduanya mulai mengerjakan proyek ambisius agar penduduk tidak perlu merasa kegelapan dan kedinginan lagi pada periode tersebut.
Bonzani memulai dengan mendesain kaca berukuran raksasa yang orientasinya dapat dikendalikan untuk diletakkan di atas lereng gunung. Cerminnya terdiri dari 14 lembar baja berukuran 5x8 meter.
Cara kerja cermin itu adalah berputar secara otomatis guna tetap memantulkan sinar matahari ke arah alun-alun kota. Pada hari cerah di musim dingin, cermin akan memantulkan sinar matahari ke kota selama lima hingga enam jam.
Namun, kala itu belum ada orang di dunia yang pernah merealisasikan proyek tersebut, sehingga ketika Midali minta dana 100 ribu euro atau setara Rp1,48 miliar, pemerintah daerah menolak. Pemda bahkan menilai Midali dan warganya terlalu naif.
Sampai pada akhir 2005, semuanya berubah. Berkat internet, proyek tersebut menjadi populer. Banyak wartawan dan fotografer yang pergi untuk menceritakan nasib Viganella dan proyek memulangkan matahari.
Kepada Daniel Sandford, jurnalis Inggris, Giacomo Bonzani menjelaskan bahwa secara teori, di desa bisa turun salju, tetapi selama matahari berada lebih jauh di atas lembah, piazza Viganella bisa punya salju dan sinar matahari secara bersamaan.
Baru ketika popularitas proyek tersebut mendunia, pemerintah daerah akhirnya mengabulkan dan mencairkan dananya. Pada 17 Desember 2006 Midali, Bonzani, dan penduduk Viganella memperlihatkan hasilnya.
Momen tersebut tentunya jadi bersejarah sekaligus mengharukan. Sebab, untuk pertama kali sepanjang sejarah berdirinya Viganella selama delapan abad, matahari akhirnya bisa memanaskan alun-alun kota di musim dingin.
Editor : A. Rudi Fathir
Artikel Terkait