get app
inews
Aa Text
Read Next : Rutan Mamuju Peringati Hari Pahlawan, Plh Karutan Ajak Implementasikan Semangat Kepahlawanan

Semboyan Kita Tetap: Merdeka atau Mati dan Pecahlah Pertempuran 10 November 1945

Kamis, 10 November 2022 | 08:42 WIB
header img
Foto: Ilustrasi

MAMUJU, iNewsMamuju.id -- Pidato Bung Tomo berhasil membakar semangat arek-arek Suraboyo untuk melawan Inggris dan pecahlah pertempuran 10 November 1945.

Tanggal 10 November ditetapkan sebagai hari Pahlawan. Namun, masih banyak yang tidak tahu 10 November ditetapkan sebagai hari Pahlawan karena apa. Berikut sejarahnya.

Sejarah 10 November ditetapkan sebagai hari pahlawan karena sebuah pertempuran besar dan hebat terjadi di Surabaya pada 10 November 1945. 

Melansir Jurnal Inovasi Penelitian (2021) bertajuk ‘Pertempuran Surabaya Tahun 1945 dalam Perspektif Perang Semesta’ pertempuran ini didasari oleh keengganan rakyat Surabaya untuk kembali dijajah oleh Belanda.

Kala itu, Belanda datang dengan membonceng tentara sekutu, NICA. Tentara Belanda beralasan ingin membebaskan tawanan perang usai Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia 2.

Bahkan, masyarakat Surabaya merobek bendera Belanda di atas hotel Yamato, pada 19 September 1945, sebagai bentuk protes kehadiran NICA dan Belanda. 

Sebelumnya, bendera tersebut sengaja dipasang oleh beberapa orang keturunan Indo-Belanda. Intensitas semakin terasa panas ketika komandan militer Inggris, Albertine Walters Sothern Mallaby tewas pada 30 Oktober dalam kontak senjata, di sekitaran Jembatan Merah, Surabaya. 

Kematian Mallaby jelas membuat tentara Inggris naik pitam dan meminta Soekarno untuk bertanggung jawab. Inggris bahkan mengultimatum Indonesia untuk segera menyerahkan seluruh senjatanya kepada Inggris, paling lambat tanggal 10 November sebelum pukul 6 pagi. 

Sayangnya, perbincangan yang dilakukan pemerintah provinsi Jawa Timur dan pemerintah pusat tidak menemui titik terang alias buntu. Soekarno pun menyerahkan seluruh keputusan di tangan rakyat Surabaya. 

Gubernur Jawa Timur kala itu, Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo, bersama masyarakat Surabaya memutuskan untuk melawan Inggris dan pecahlah pertempuran 10 November 1945. Ribuan masyarakat ikut dalam pertempuran ini.

Bahkan, tentara Inggris mengklaim bahwa pertempuran Surabaya merupakan pertempuran terbesar kedua setelah Perang Dunia 2. Maka tak heran, PBB sangat menaruh hormat kepada masyarakat Indonesia. Apalagi, Indonesia saat itu terhitung baru lahir sebagai sebuah negara. 

Dalam peristiwa ini, banyak tokoh besar yang berperan penting. Di antaranya, Bung Tomo, yang membakar semangat rakyat Surabaya. Melalui siaran radio, Bung Tomo menyampaikan pidatonya yang sangat berarti bagi rakyat Surabaya. Kala itu semangat rakyat sudah mulai melemah, sehingga Bung Tomo membakar semangat rakyat melalui pidatonya. 

“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah, yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapa pun juga. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!” kata Bung Tomo dengan menggebu-gebu. 

Di akhir pidatonya, ia menyerukan takbir yang semakin membuat rakyat Surabaya bersemangat melawan musuh. Kekuatan Bung Tomo, yang merupakan pemimpin BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia), dalam membakar semangat masyarakat Surabaya terbukti sangat berpengaruh. 

Nah, jadi sudah jelaskan sejarah 10 November ditetapkan sebagai hari Pahlawan karena apa? Semoga tetap semangat ya!

Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Latar Belakang Penetapan Hari Pahlawan 10 November, Ini Sejarahnya ",

Editor : A. Rudi Fathir

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut