MATENG, iNewsMamuju.id -- Sekitar 100 orang dari Aliansi Masyarakat Pesisir Budong-Budong menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Desa Budong-Budong, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Jumat (29/11).
Aksi yang berlangsung mulai pukul 15.00 WITA ini merupakan bentuk penolakan terhadap rencana operasional tambang batuan oleh PT. Yakusa Tolelo Nusantara di kawasan Sungai Budong-Budong.
Massa aksi memasang spanduk besar bertuliskan “Aliansi Masyarakat Pesisir Menolak Keras Tambang Batuan yang Akan Beroperasi di Sungai Budong-Budong” disertai tagar #TolakTambang dan #CabutIzinTambang. Suasana semakin hidup dengan orasi-orasi yang disampaikan melalui sound system oleh sejumlah tokoh masyarakat yang tergabung dalam aliansi tersebut.
Koordinator Lapangan (Korlap), Hadi Maulana, menyampaikan kecaman keras terhadap rencana tambang. “Jika tambang ini tetap dipaksakan, kami akan terus melakukan penolakan. Kami juga mempertanyakan tanggung jawab kepala desa terkait ancaman kerusakan lingkungan ini,” tegas Hadi di hadapan massa aksi.
Yuda, seorang pendamping masyarakat, menyoroti dampak tambang terhadap nilai sejarah Muara Budong-Budong. “Tambang ini akan menghancurkan lingkungan dan sejarah penting di desa kami. Kami berdiri bersama masyarakat untuk menolak,” ujarnya. Pernyataan ini diperkuat oleh Aco Mulyadi, peserta aksi lain yang menambahkan, “Budong-Budong adalah desa dengan nilai sejarah tinggi. Kami tidak akan membiarkan tambang merusak warisan kami.”
Menanggapi aksi tersebut, Kepala Desa Budong-Budong, Badaruddin Natsir, menegaskan dukungannya kepada masyarakat. “Ini aksi ketiga terkait penolakan tambang. Saya sudah menyampaikan surat resmi ke PT. Yakusa Tolelo Nusantara, menyatakan penolakan masyarakat. Jika tambang ini berpotensi merusak, saya siap bersama masyarakat menolak keras,” ucap Badaruddin.
Sebagai bukti komitmennya, Badaruddin menandatangani surat pernyataan penolakan tambang pada pukul 15.25 WITA, di bawah desakan massa yang hadir.
Aksi yang berlangsung hingga pukul 15.45 WITA ini berjalan damai dan kondusif. Setelah mendapat tanggapan dari Kepala Desa, massa membubarkan diri dengan tertib, namun menegaskan akan terus mengawal isu ini hingga rencana tambang benar-benar dihentikan.
Editor : A. Rudi Fathir