MAMUJU, iNewsMamuju.id - Garis Hitam Project mampu menjadikan dirinya mendapat tempat di hati para warga binaaan. Dengan 'merangkul' narapidana dan mantan narapidana, program kerja yang bersentuhan langsung dengan penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) serta aksi-aksi sosial, Garis Hitam Project mencapai penghargaan di Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards.
Salah satu capaiannya, Garis Hitam Project mendapat apresiasi dari Astra tingkat Provinsi tahun 2021. Hal ini mengantarkan Garis Hitam Project juga mendapat tempat di 'Ruang Inspirasi Astra 2023'.
Garis Hitam Project diwakili Achmad Nur mendapat apresiasi dibidang kewirausahaan. Produk yang diperkenalkan merupakan hasil dari 'tangan halus' para narapidana.
"Garis Hitam Project diwakili oleh saya, kami mendapatkan Anugrah atau award sebagai perwakilan sulawesi barat. Kami dari kewirausahaan karena kami menjual produk-produk olahan atau buatan dari narapidana, dan narapidana menjual juga produk kami. Keuntungannya itu dipakai kembali untuk pemberdayaan," kata Achmad Nur dalam wawancara online di momentum 'Anugerah Pewarta Astra 2023'. Rabu (13/9/2023)
"Prinsifnya Garis Hitam Project, semua keuntungan itu digunakan kembali untuk pemberdayaan, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Garis Hitam Project," lanjutnya.
Organisasi asal Sulawesi Barat ini telah banyak membantu mantan narapidana perempuan untuk bisa berdaya secara ekonomi, dan pengentasan stigma negatif yang telah melekat.
Achmad Nur salah satu Vounder Garis Hitam Project yang menjadi penerima apresiasi Astra tingkat provinsi ini sedikit banyaknya menceritakan awal mula berdirinya Garis Hitam Project.
Menurut Achmad Nur, Garis Hitam Project merupakan Non Governmental Organization (NGO), organisasi non komersial. Fokus organisasi ini memberdayakan para narapidana dan mantan narapidana perempuan.
"Garis Hitam Project adalah komunitas yang berfokus untuk memberdayakan mantan narapidana dan narapidana perempuan mamuju. Saat ini fokusnya di Lapas Perempuan kelas 3 Mamuju," ucapnya.
Selain pemberdayaan, Garis Hitam Project juga melakukan pembangunan ingklusif atau lingkungan yang lebih terbuka, khususnya untuk mantan narapidana atau narapidana itu sendiri.
"Yang sementara berjalan itu, Super Senar," ujar Achmad Nur saat wawancara online yang dibimbing oleh Fahita Salsabila dari penakita.
Garis Hitam Project di inisiasi tahun 2019. Berangkat dari niat ingin berbuat lebih untuk penghuni lapas yang dikinjungi, Garis Hitam Project didirikan dan launching organisasi dirangkaikan dengan festival inklusif tahun 2022.
"Sejak 2019 inisiasinya. Teman pernah mengisi materi di lapas, kemudian memiliki semacam bahwa ini kita bisa berbuat lebih. Setelah itu kami berempat ke lapas, kunjungan biasa, melihat kegiatan teman-teman narapidana. Dari situ kami melihat harus berbuat lebih. Akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan Garis Hitam Project di 2019 akhir, tapi launchingnya kami rangkaikan festival ingklusif di tahun 2020," ungkap Achmad Nur
Dalam proses didirikannya Garis Hitam Project, Achmad Nur ikut mencoba mendaftar di SATU Indonesia Award. Semangat dan ketekunan serta do'a, dirinya mendapatkan apresiasi Astra ditingkat provinsi.
"Saya coba untuk mendaftar di SATU Indonesia awards. Alhamdulillah lolos sampai ditingkat provinsi. Dari kegiatan itu, kegiataan reel yang kami laksanakan pembagian paket bantuan 50 paket, yang kami laksanakan bersama dengan Astra pada saat di Mamuju baru saja terjadi bencana alam banjir bandang di kalukku," ungkapnya.
Disinggung soal pemilihan nama 'Garis Hitam', Achmad Nur menjelaskan bahwa penamaan itu memberi filosofi bahwa semua orang memiliki tanda kutib, moment dimana dia sebenarnya melanggar hukum.
"Jadi kami menegaskan semua orang itu pada dasarnya tidak ada yang sempurna dan punya kesalahan masing-masing," Achmad Nur soal penamaan Garis Hitam.
Hal yang menjadi alasan Garis Hitam Project lebih banyak fokus di Lapas Perempuan, Achmad Nur menilai bahwa perempuan lebih rentan kembali ke masyarakat ketimbang laki-laki. Salah satunya dalam hal mencari pekerjaan.
"Menurut kami, perempuan lebih rentan dia kembali ke masyarakat, dan susah mendapatkan pekerjaan, berbeda dengan laki-laki yang secara fisik lebih dominan. Kemudian untuk pekerjaan, laki-laki ketika keluar dari lapas dia langsung bisa bekerja, seperti tukang batu," ujarnya.
Dengan melihat kedepan, keinginan besar dari Garis Hitam Project fokus pada 3 yakni, pertama menyediakan lapangan pekerjaan kepada mantan narapidana, kedua membentuk narapidana yang mandiri, dan ketiga pembentukan lingkungan ingklusi.
"Fokusnya kami yang terdekat ada 3, yaitu menyediakan lapangan pekerjaan kepada teman-teman mantan narapidana, kongkritnya kami mau membuat home industri. Sekaligus rumah pajang produk-produk mantan narapidana.
Yang kedua, membentuk narapidana yang mandiri melalui pelatihan-pelatihan.
Yang ketiga, pembentukan lingkungan ingklusi, target kegiatannya anak mudah, anak sekolah. Memperkenalkan lingkungan ingklusi," ungkap Achamd Nur di penghujung wawancara.
Editor : Zuajie
Artikel Terkait