MATENG, iNewsMamuju.id - Mengemban tugas sebagai seorang bidan adalah sebuah tanggung jawab besar sebagai tugas kemanusiaan.
Menolong orang dan menjadi mata pertama bagi bayi yang baru lahir tak lepas dari pekerjaan seorang bidan.
Mendengarkan tangisnya, dan menyaksikan suasana haru bagi keluarga menyambut bayi yang baru lahir adalah kebiasaannya.
Tentu untuk melakukannya, tak jarang melewati perjuangan yang tak mudah, meski tak seberat perjuangan ibu ketika mengedan demi berjumpa sang buah hati yang dikandungnya selama sembilan bulan.
Itu yang dialami Rati Sempati Putri, seorang bidan yang bertugas di pelosok Mamuju Tengah (Mateng), Provinsi Sulbar di Dusun Salundeang Ujung, Desa Batuparigi, sekira 60 kilometer dari pusat kota Kabupaten Mateng.
Perempuan kelahiran Bambaloka, Kabupaten Pasangkayu 11 November 1994 ini mengaku, menjadi bidan desa tidaklah mudah sebagaimana yang dibayangkan.
Melewati hutan belantara di tengah malam dingin dengan melewati jalan terjal untuk menolong orang jadi hal biasa bagi petugas kesehatan di pelosok. Tentu yang di tuntut adalah berdamai dengan medan dan lingkungan yang ia tinggali.
"Terkadang saya pergi menolong tengah malam melewati hutan lebat, dan jalan yang berlumpur yang tidak mudah," ungkap wanita yang akrab disapa Rati itu Senin, (28/11/2022).
Terik matahari, guyuran hujan deras menjadi untaian cerita indah ketika ia melewati semua jalan penuh tantangan. Perjalanan panjang yang melelahkan tak menyurutkan semangat perempuan asal Pasangkayu ini.
Menurutnya, semua karena panggilan hati yang tak mungkin untuk ia abaikan.
"Kadang panas ataupun hujan, saya harus tetap semangat maju ke depan. Walau kadang terasa sulit, panggilan hati tak bisa saya abaikan," terangnya.
Kepada tim iNews Mamuju ia bercerita, saat di panggil untuk bertugas sebagai bidan di Pustu Desa Batuparigi, salah satu daerah Transmigrasi di Kecamatan Tobadak ia langsung menerima. Baginya, dimanapun dan kapanpun ia akan sanggupi, karena saat memilih menjadi bidan, Ia sudah bertekad untuk mewakafkan hidupnya untuk membantu warga.
"Saya memilih karier sebagai bidan desa merupakan panggilan jiwa dimana saya bisa mendapatkan kebahagiaan tersendiri bila menolong warga dan ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan keluarga pasien," lanjut Rati.
Bagi Rati, mengemban tugas sebagai garda terdepan dalam membantu kesehatan masyarakat, harus memiliki jiwa yang kuat dan tekad yang tinggi.
"Ketika ingin terjun ke bidan ini, ada syarat khusus yang harus dipenuhi yakni harus selalu memiliki jiwa sosial yang tinggi, kedisiplinan, memiliki kasih sebagai pelayanan masyarakat," ungkapnya.
Terutama yang dibutuhkan kata dia adalah skill yang didapatkan sebagai seorang bidan dari pendidikan resmi serta pengalaman yang dapat sehari-hari saat terjun langsung di masyarakat.
"Nah, begitulah kurang lebih ceritaku. Kalau teman teman juga ingin menjadi seorang bidan maka teman - teman harus semangat menuntut ilmu," ungkap wanita 28 tahun itu.
Dia berharap, kedapan lebih banyak lulusan dari tenaga kesehatan untuk kemaslahatan hidup masyarakat pada umumya dalam hal kesehatan.
Meski demikian, ia punya harapan semoga sarana serta fasilitas untuk kesejahteraan para bidan desa yang selalu siap melayani bisa terpenuhi.
Editor : Lukman Rahim