PASANGKAYU, iNewsMamuju.id - Mendapat tugas sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polri membuat Bripka Gerson Tolan memiliki banyak kegiatan yang harus dilakukan bersama masyarakat sebagai agenda sehari-hari.
Namun, tak hanya melakukan pembinaan terkait Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), Polisi yang satu ini juga ikut berperan menggerakkan pendidikan warga di wilayah binaannya.
Bripka Gerson Tolan adalah personil Polsek Pasangkayu, Bhabinkamtibmas di Desa Pakava, Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar).
Wilayah tempat tugasnya merupakan daerah terpencil, 18 kilometer dari ibukota Kabupaten Pasangkayu. Dimana pekerjaan warga binaannya mayoritas pekebun dan buruh kelapa Sawit dengan penghasilan rata-rata Rp 400 ribu per bulannya.
Desa Pakava terdiri dari 10 Dusun. Tiga Dusun diantaranya tergolong wilayah terisolir, yakni Dusun Siwata, Waisuba dan Watuike sejauh 12 kilometer dari pusat Desa di Bamba Apu. Jumlah penduduk 3 Dusun tercatat kurang lebih 300 jiwa dengan 110 Kepala Keluarga (KK).
Tidak seperti daerah lain, ketiga Dusun tersebut terkesan luput dari perhatian dari pemerintah setempat karena terpencil. Pernah viral di medsos "ojek mayat".
"Listrik dan signal seluler tidak ada, fasilitas kesehatan dan pendidikan minim, belum lagi akses jalan sangat parah, hanya mobil Hiline yang sudah dimodifikasi yang bisa lewat untuk saat ini (untuk muat buah kelapa sawit milik warga)," ungkap Bripka Gerson pada media ini. Sabtu (14/1/2023).
Pada sektor pendidikan, cerita Bripka Gerson, sejatinya di dusun Watuike dan dusun Siwata itu ada kelas jauh dari Sekolah Dasar (SD) Bala Keselamatan Bamba Apu (ibukota Desa).
Namun karena orang tua siswa merasa kecewa dengan kondisi Proses Belajar Mengajar (PBM) yang kurang maksimal, dimana dalam satu bulan kadang hanya 2 sampai 3 kali belajar, menyebabkan anak-anak mereka banyak yang sudah tahunan sekolah belum bisa membaca, tulis dan berhitung (Calistung), akhirnya ia berinisiatif mengalihkan sekolah tersebut menjadi sekolah swadaya (kelas belajar), bekerja sama dengan tokoh adat dan pemerintah setempat.
"Untuk saat sekarang, kami fokus ke belajar mengajar saja, untuk bangunan nanti di belakang. panjang ceritanya pak. usaha saya itu semenjak bulan puasa tahun lalu, terealisasi pada akhir oktober 2022," ujarnya.
Beberapa waktu lalu, ada donasi dari Kapolres Pasangkayu, AKBP Didik Subiyakto dan beberapa teman, dialokasikan untuk pembangunan kelas belajar sebagai program utama. Namun tidak terlaksana sebagaimana mestinya, disebabkan satu dan lain hal.
"Jujur, sekarang saya bingung, kelas belajar yang saya rintis kurang mendapatkan perhatian sedangkan sumber dana kami itu 100% dari donatur. sudah banyak proposal yang saya buat namun donasi tetap kurang. bingung saya ini mau bayar itu tenaga pendidik," kata Gerson.
Untuk saat ini, pelaksanaan PBM di Bantaya (balai adat) di dusun Siwata dan sebagian dilaksanakan di rumah warga, khusus untuk anak-anak yang sudah ada dasar baca tulis hitung (calistung). Tenaga pengajar sebanyak tiga orang termasuk satu orang pelaksana kepala sekolah (sesuai petunjuk dari dinas pendidikan).
"Sambil kelas belajar belajar berjalan, saya juga sedang usahakan masukkan proposal pendirian Sekolah Dasar Negeri (SDN) ke Dinas Pendidikan," tambahnya.
Segenap kekuatan dan upaya pun ia lakukan demi pendidikan warga binaannya, termasuk mengajukan kerjasama penggalangan dana melalui salah satu platform terpercaya kitabisa.com.
Kitabisa.com adalah platform untuk menggalang dana dan berdonasi secara online. Di luar negeri, apa yang kami lakukan dikenal sebagai crowdfunding.
Berikut ini tulisan pengantar Bripka Gerson Tolan pada laman kitabisa.com :
Ir. Soekarno pernah berkata, "GANTUNGKANLAH CITA-CITAMU SETINGGI LANGIT". Slogan tersebut pernah saya ucapkan kepada anak sekolah di Dusun Siwata, namun mirisnya mereka tidak mengerti apa yang dimaksud dengan cita-cita.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjadikan manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi luhur.
Namun, tepatnya di Dusun Uwesuba dan Dusun Siwata Desa Pakava Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar) masih banyak didapati anak-anak dan masyarakat yang tidak tersentuh pendidikan.
Ketika melakukan kunjungan ke Dusun yang sangat terisolir di Kabupaten Pasangkayu ini beberapa waktu yang lalu, saya miris mendengar laporan dari masyarakat yang mengeluhkan bahwa sudah beberapa bulan anak-anak mereka tidak belajar dikarenakan guru yang sudah tidak pernah datang.
Saya hanyalah seorang biasa yang memilki keterbatasan materi namun merasa ikut bertanggung jawab untuk ikut mencerdaskan warga binaan.
Saya kemudian berinisiatif untuk membentuk kelas belajar dengan dibantu oleh tokoh adat dan tokoh masyarakat setempat.
Bantaya (balai adat) di Dusun Siwata yang digunakan untuk proses belajar mengajar, kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
Bangunan yang dibangun sejak tahun 2004 itu sebagian telah ambruk akibat rapuh sehingga membahayakan anak-anak serta tenaga pengajar saat melaksanakan proses belajar mengajar.
Dikarenakan tempat belajar mengajar yang tidak mencukupi sedangkan peserta didik kami yang keseluruhan berjumlah 41 yang dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, maka kami menggunakan rumah masyarakat untuk proses belajar mengajar
Adapun jumlah total anggaran yang kami butuhkan untuk mendirikan sebuah ruang kelas lengkap dengan isinya (siap pakai) yaitu sebanyak Rp. 39.000.000,- (tiga puluh sembilan juta rupiah) dengan perincian:
- Pendirian Ruang kelas Rp. 23.879.000,-
- Prasarana Rp. 5.520.000,-
- Sarana Rp. 3.600.000,-
Besar harapan kami agar rencana untuk mendirikan kelas belajar bagi anak-anak di Dusun Uwesuba dapat terwujud untuk meningkatkan mutu SDM masyarakat pedalaman. Tuhan Memberkati!
"Mari bantu saudara-saudara kita di pedalaman untuk mendapatkan pendidikan yang layak," ajak Bripka Gerson Tolan diakhir tulisannya.
Editor : A. Rudi Fathir