get app
inews
Aa Read Next : AIM-Asanuddin Resmi Daftar Cagub dan Cawagub di KPU Sulbar

Dialog di Ngalo, Tokoh Agama dan Akademisi Mengupas Karakter Pemimpin Ideal

Kamis, 18 Juli 2024 | 12:32 WIB
header img
Peserta antusias mengikuti Dialog yang digelar atas kerjasama KPU dan Wacana. Info di Ngalo Rock Cafe. Foto: Lukman Rahim

MAMUJU - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulbar menggelar dialog membincang karakter ideal pemimpin daerah bersama Wacana.info di Ngalo Rock Caffee. Rabu (17/7/2024).

Hadir sebagai narasumber tokoh agama Sayyid Ahmad Fadlu Al Mahdaly, Rektor Tomakaka Sahril, Dosen Politik Unsulbar Muhammad, Ketua KPU Sulbar Said Usman Umar dan dipandu oleh Ustadz Nur Salim Ismail.

Dialog ini juga dihadiri Komisioner KPU Sulbar Budiman Imran, Komisioner KPU Mamuju Sudirman Samuel, Asri Hamid dan Akademisi Hamdan Dangkang.

Tokoh agama Sayyid Ahmad Fadlu Al Mahdaly mengurangi tentang karakter seorang pemimpin, namun yang menarik, dia menyebut ketika ada orang terdepan dalam membela orang terzalimi, maka itulah pemimpin yang ideal.

"Rasulullah selalu berdiri paling terdepan membela yang hak-hak terzalimi, kalau ada pemimpin yang berani melakukan itu. Maka itulah pemimpin ideal menurut saya," kata Sayyid Fadlu.

Dia mengatakan, perlu kesepakatan bersama bahwa bukan lagi berbincang diri sendiri, tapi membincang orang banyak. 

"Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempunyai cinta dalam dirinya, dimana bukan hanya mencintai dirinya dan keluarganya, tapi mencintai orang lain. Karena cintalah melahirkan karakter-karakter yang baik untuk bermanfaat bagi orang lain," tambahnya.

Sedangkan, Rektor Tomakaka Sahril menyampaikan sebagai akademisi selalu bicara ideal. Pikiran jangan dibatasi pada ruang-ruang lebih bagus.

"Masa kita berpikir yang tidak bagus kan begitu cara berpikir kita. Makanya, orang akademisi harus menemukan yang terbaik, karena itu harus dibuat agar semua paham bahwa ini yang baik," ucapnya.

Kalaupun, dalam kenyataannya tidak baik jangan juga tidak menyampaikan sesuatu yang bagus. Jadi harus menyampaikan sesuatu yang bagus, karena bukankah akhir kehidupuan itu bagus di dunia dan akhirat.

"Jadi bagaimana orangpun tidak senang apa yang kita sampaikan. Itu kita harus pahami kritik atau tidak suka dalam pemikiran kita yang baik-baik, itu artinya ada sesuatu yang salah. Dalam implementasi kepemimpinan daerah kita mencari yang terbaik dari yang terburuk, tapi kita harus sampaikan platfon yang baik. Jadi didunia akademisi harus menyampaikan itu," paparnya.

Sedangkan, Dosen Politik Unsulbar Muhammad menuturkan Pilkada itu bukan momentum pada saat hari pencoblosan, ada tahapannya dan tahapan ini harus dikawal. Peran masyarakat penting selalu memantau agar hasilnya melahirkan kepala daerah yang betul-betul mampu membawa seluruh kabupaten di Sulbar sebagai provinsi mengejar banyak ketertinggalan dari daerah lain yang jauh lebih maju.

"Hasil diskusi kita malam ini yang bisa saya simpulkan di sini adalah terkait bagaimana pemimpin ideal bisa lahir, bagaimana karakter ideal itu, itu hanya bisa kita kombinasikan ketika kita berbicara proses yang juga ideal," imbuhnya.

"Kita mendorong menjelang pendaftaran para calon tidak diwarnai dengan politik transaksional di tingkat partai. Bagaimana ada mahar politik untuk membawa rekomendasi. Karena kebelakang akan berimbas bagaimana kos politik yang besar dikeluarkan calon," tegasnya.

Sehingga, penting mendorong peran Bawaslu karena sudah diatur PKPU bahwa money politik di proses pengusungan bakal calon jadi calon oleh partai itu penting diawasi bukan hanya bawaslu tapi masyarakat, mahasiswa hingga media.

"Bukan hanya bicara karakter idealnya, tapi bagaimana proses yang ada betul-betul bisa dikawal secara ideal, sehingga outputnya yang dihasilkan ini baik seluruh kabupaten dan Sulbar," harapnya.

Sementara, Ketua KPU Sulbar Said Usman Umar menuturkan bahwa kegiatan ini membangun kesadaran politik oleh masyarakat. Jadi sejak awal penyelenggara mendesain bukan hanya demokrasi prosedural. 

"Kita ingin lebih condong pada pembangunan kesadaran politik masyarakat. Makanya, hari ini dihadirkan tokoh agama, akademisi, dosen politik untuk memberikan kecerdasan kepada masyarakat. Tupoksi kami di KPU hanya persoalan di prosedural itu. Kita tidak akan bisa menentukan bahwa calon ini yang ideal, makanya diserahkan sepenuhnya kepada pihak agamawan dan akademisi," tandasnya.

Editor : Lukman Rahim

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut