MAMASA, iNewsMamuju.id – Sorak-sorai dan tawa riang terdengar di halaman Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Kamis (21/8/2025).
Puluhan siswa tampak bersemangat mengikuti lomba unik dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia.
Bukan lomba lari biasa, kali ini para siswa harus beradu cepat menggunakan bambu tradisional yang dikenal dengan nama ma’tenta.
Sejak pagi, halaman sekolah sudah dipenuhi siswa yang penasaran menyaksikan jalannya perlombaan.
Dentuman musik daerah ikut mengiringi langkah-langkah peserta yang mencoba menjaga keseimbangan di atas sepasang bambu setinggi lutut.
Setiap tawa pecah ketika ada peserta yang terjatuh, lalu bangkit kembali dengan penuh semangat untuk melanjutkan lomba.
Tidak mudah memang. Berlari menggunakan bambu sepanjang dua meter itu membutuhkan keterampilan, kekuatan otot kaki, dan keseimbangan yang terlatih. Namun tantangan itulah yang membuat lomba semakin seru.
Beberapa siswa bahkan menunjukkan kebolehannya dengan berjoget di atas bambu sambil tetap melangkah maju, membuat penonton semakin terhibur.
Dominggus Ma’dika, Kepala SMK Negeri 1 Mamasa, mengatakan lomba ma’tenta sengaja dipilih bukan sekadar untuk memeriahkan HUT RI, tetapi juga sebagai upaya memperkenalkan dan melestarikan permainan tradisional.
Menurutnya, generasi muda kini semakin jarang mengenal permainan rakyat yang dulu begitu akrab dalam keseharian anak-anak Mamasa.
“Dengan terlaksananya lomba ma’tenta ini, kami berharap siswa dapat menumbuhkan semangat mengisi kemerdekaan dengan tetap menjaga tradisi dan budaya daerah. Permainan seperti ini tidak hanya seru, tapi juga sarat makna tentang kebersamaan dan perjuangan,” ujar Dominggus.
Bagi siswa, lomba ini menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus penuh pelajaran. Tidak hanya soal adu cepat, tetapi juga bagaimana menjaga kekompakan, berani mencoba hal baru, dan tetap menjunjung nilai sportivitas.
Kemeriahan lomba ma’tenta di SMK Negeri 1 Mamasa menjadi bukti bahwa perayaan kemerdekaan tidak hanya tentang bendera, upacara, dan lomba modern.
Lebih dari itu, ia menjadi ruang untuk merajut kebersamaan, menghidupkan kembali permainan tradisional, serta menanamkan rasa bangga pada identitas lokal.
Bagi masyarakat Mamasa, ma’tenta bukan sekadar permainan, melainkan bagian dari warisan budaya yang mengajarkan ketangkasan dan daya juang.
Dengan dihidupkan kembali dalam momen bersejarah seperti HUT RI ke-80, permainan ini sekaligus menjadi simbol bahwa kemerdekaan harus diisi dengan menjaga nilai-nilai luhur bangsa, termasuk budaya yang diwariskan oleh leluhur.
Editor : Lukman Rahim
Artikel Terkait