Petani dan Pegawai Honorer di Mamasa Terlibat Kasus Penganiayaan, Polisi Mediasi

MAMASA, iNewsMamuju.id – Sebuah kasus penganiayaan yang melibatkan seorang petani dan pegawai honorer akhirnya diselesaikan secara damai melalui mediasi yang difasilitasi oleh Polsek Aralle. Insiden ini terjadi di Dusun Baitang 3, Desa Aralle Utara, Kecamatan Aralle, Kabupaten Mamasa, dan diduga dipicu oleh sengketa terkait warisan.
Kasus bermula pada Sabtu, sekitar pukul 14.30 WITA, ketika Suryana (59), seorang petani, mendatangi rumah Firdayan (26), seorang pegawai honorer, yang ternyata dalam keadaan tertutup. Setelah mencari dan akhirnya menemukan Firdayan di rumah Kepala Dusun Baitang 3, sebuah perdebatan antara keduanya pun tak terhindarkan. Firdayan yang dilaporkan sempat melontarkan perkataan yang menyinggung perasaan Suryana, membuatnya emosi hingga menampar pipi kiri Firdayan dan memukulnya beberapa kali menggunakan sarung.
Tak hanya itu, Suryana juga masuk ke dalam rumah Firdayan dan mengambil sebuah mesin jahit. Merasa dirugikan atas tindakan tersebut, Firdayan akhirnya melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian setempat.
Mendapatkan laporan tersebut, Polsek Aralle segera menggelar mediasi yang dihadiri oleh kedua belah pihak pada Sabtu sore di Mapolsek Aralle. Dalam pertemuan tersebut, Suryana mengakui kesalahannya dan secara terbuka meminta maaf kepada Firdayan. Ia berjanji akan mengembalikan mesin jahit yang telah diambil dan tidak akan mengulangi tindakannya. Suryana juga menyatakan siap menerima konsekuensi hukum jika ia melanggar komitmen yang telah disepakati.
Firdayan menerima permintaan maaf tersebut, namun dengan beberapa syarat. Ia menegaskan agar keputusan terkait warisan rumah almarhum Amru beserta isinya yang menjadi hak ibunya, Nurmadia, dihormati oleh semua pihak. Firdayan juga menyatakan bahwa jika kejadian serupa terulang, ia tidak akan memberikan maaf lagi.
Kapolsek Aralle, IPDA Amiruddin, mengapresiasi sikap kedua belah pihak yang bersedia menyelesaikan permasalahan ini dengan cara damai. "Kami selalu mengedepankan pendekatan problem solving dalam menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar tetap menjaga hubungan baik dan tidak mudah terpancing emosi," ujarnya.
Kasus ini berakhir dengan penyelesaian yang mengedepankan musyawarah dan keinginan untuk menjaga hubungan baik di antara kedua belah pihak, meski latar belakang sengketa yang terjadi dipicu oleh masalah warisan yang cukup sensitif.
Editor : A. Rudi Fathir