MAMUJU, iNewsMamuju.id - Sekilas terlihat tak ada bedanya dengan batu biasa, sebuah batu sekitar 5 kilometer dari jalan poros Mamuju - Kalukku tepat diatas gunung wilayah Salulampio, Desa Bambu Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).
Warga sekitar meyakini jika batu tersebut diselimuti misteri bernuansa mistis, bukan sembarang batu.
Batu yang berukuran sedang itu dinamai oleh warga Manatuttu'. Mengapa?
Firman (49), warga sekitar mengaku ada cerita turun-temurun mengenai batu itu. Konon, pada jaman dulu orang dalam melakukan perjalanan (jalan kaki) menuju daerah Mambi dari Mamuju, sejenak melepas penat, batu ini digunakan sebagai tempat beristirahat , sambil Mappangngang (makan sirih).
"Sambil beristirahat mereka makan sirih. Nah, diatas batu inilah mereka menumbuk bahan untuk makan sirih. Mattutu' dalam bahasa disini artinya menumbuk. Itulah sebabnya dinamakan batu Manatuttu'," tutur Firman.
Tak jarang lanjut Firman, sebelum melanjutkan perjalanan mereka meletakkan sirih diatas batu itu sebagai bentuk penghormatan terhadap penghuni batu tersebut.
Tradisi ini, sampai sekarang masih dilakukan oleh sebagian orang yang meyakini batu Manatuttu' dihuni oleh mahluk gaib yang tak kasat mata.
"Kalau tidak, biasanya orang yang akan tersesat di hutan," katanya.
Satu ketika saat melewati tempat itu, dalam suasana sepi Firman mendengar suara yang memanggil namanya dengan samar. Anehnya suara itu terdengar tapi tidak didapati sosok yang memanggil tersebut.
"Iya, terdengar jelas menyebut kata Firman, saya menyahut lalu menoleh ke kiri kanan, muka belakang...ternyata tidak ada orang. Karena merasakan aura lain, saya putuskan ambil langkah seribu, namun anehnya tiba-tiba saya muncul di batu itu kembali, padahal sebelumnya sudah dilewati," kisah Firman.
Masih menurut Firman, mitos melepaskan ayam hidup di batu Manatuttu' sering dilakukan. Hal tersebut dipercayai dapat menghindarkan dari marabahaya jika melakukan aktivitas di sana. Tidak ada ketentuan khusus soal ukuran ayam yang harus dilepas. Besar atau kecil yang penting ayam hidup yang siap dilepas.
Mengenai sejak kapan mitos itu ada dirinya mengaku tidak tahu persis. Sebab, mitos itu sudah ada bahkan ketika dirinya masih kecil. Menurutnya, orang-orang tua terdahulu sudah melakukan mitos itu.
"Kalau sejarahnya sejak kapan mitos itu ada, sejak lama sudah ada mitos melepaskan ayam itu, saya sendiri sudah beberapa kali," ungkapnya.
Mitos melepaskan ayam ini juga diakui warga sekitar. Pada waktu - waktu tertentu melepas ayam dilakukan.
Tidak ada ritual khusus ketika melepas ayam di Batu Manatuttu'. Ayam itu hanya dilepaskan begitu saja di sebelah batu agar terhindar dari kesulitan saat beraktivitas di sekitar sana.
"Mengenai kebenaran mitos ini, semua kembali pada kepercayaan masing-masing. Jika tidak percaya dengan mitos tersebut dan ingin mencoba sendiri, maka resiko ditanggung pribadi," ucap Firman dengan nada serius
Kisah supernatural juga pernah dialami oleh Sulaeman (50). Diceritakan, saat ia dan beberapa orang rekannya hendak menarik perahu yang baru dibuat tak jauh dari lokasi batu Manatuttu' untuk dibawa pulang ke kampung, mereka mengalami peristiwa tak lazim, dimana Perahu tidak bisa ditarik. Walaupun sudah diupayakan hingga seharian penuh
"Tidak seperti biasanya. Dengan kekuatan tenaga yang kami persiapkan seharusnya perahu tersebut dengan mudah ditarik ke kampung, apalagi medannya menurun," tutur Sulaeman.
Akhirnya, lanjut Sulaeman, setelah kami berembuk pada malam harinya, salah satu dari orang tua menyarankan untuk dilakukan ritual lepas ayam di sekitar batu Manatuttu'. Pagi buta keesokan harinya ritual tersebut dilaksanakan.
"Besoknya, Alhamdulillah sekitar jam sembilan pagi kami sudah tiba di kampung menarik perahu tersebut, usai ritual lepas ayam dilaksanakan," katanya.
Peristiwa aneh lain yang sering dialami oleh warga saat bekerja di kebun sekitar batu Manatuttu' antara lain, kehilangan makanan dan mendengar suara langkah kuda yang sedang berpacu dan masih banyak kejadian di luar nalar lainnya.
Penasaran, berani uji nyali?...yuk! kunjungi Batu Manatuttu'
Editor : Lukman Rahim
Artikel Terkait